1. TEMA : Budaya
Daerah di Indonesia
2. FOKUS :
Nilai-Nilai Islam dalam Tradisi Sedekah Bumi di Desa Kedung Jaran Kab.Pekalongan
3. RUMUSAN MASALAH :
1.Bagaimana sejarah lahirnya tradisi sedekah bumi di desa
Kedung jaran kab.Pekalongan
2. Bagaimana
bentuk tata cara dari pelaksanaan ritual sedekah Bumi yang
dilestarikan di desa Kedung Jaran kab.Pekalongan?
3. Nilai-nilai Islam
apa yang terkandung dalam tradisi sedekah bumi ?
4. Apa pengaruh
nilai-nilai Islam yang dalam tradisi Sedekah bumi terhadap
perilaku keagamaan masyarakat desa Kedung jaran Kab.
Pekalongan?
4. TUJUAN
PENELITIAN : 1. Menjelaskan
sejarah lahirnya budaya sedekah bumi di desa Kedung Jaran Kab.
Pekalongan
2. Mendriskripsikan
berbagai bentuk dan tata cara dalam ritual sedekah bumi di Desa
Kedung Jaran kab. Pekalongan
3. Menemukan
nilai-nilai Islam yang terkandung dalam tradisi sedekah bumi
4. Menjelaskan
pengaruh nilai-nilai Islam dalam tradisi Sedekah bumi terhadap
perilaku keagamaan masyarakat desa Kedung jaran kab.Pekalongan
5. MANFAAT
PENELITIAN :
1. Manfaat Teoritis
Temuan hasil
penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu
pengetahuan dan kajian lebih mendalam tentang bentuk-bentuk
Budaya yang dilestarikan dalam kehidupan masyarakat serta
menemukan pesan moral yang terkandung didalamnya
2. Manfaat
Praktis
Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi sumber yang signifikan dalam
memperoleh informasi dan rekomendasi baik bagi lembaga
masyarakat maupun bagi pemerintah dalam mengambil sebuah
kebijakan-kebijakan.
6. KAJIAN PUSTAKA :
Dari pengamatan
peneliti selama ini, belum ditemukan buku ataupun tulisan yang
berkaitan dengan Nilai-nilai Islam dalam Tradisi Sedekah
Bumi .
Hal ini tidak menyurutkan semangat penulis untuk melanjutkan
penelitian yang kemudian merujuk pada perbandingan pustaka. Dengan
kata lain penulis mencari tema-tema yang relevan dengan tema yang
diangkat antara lain:
Drs. Moh. Rofangi dalam penelitiannya tentang
Sedekahan di Yogyakarta (Suatu study tentang pola interaksi
sosial), sedekah atau shodakoh dimaksudkan untuk mensyukuri nikmat
Tuhan sebab adanya kelahiran dan perkawinan dengan membagikan besek.
Pada ritual upacara kematian, sedekahan dilakukan dengan niat pahala
shodakohnya di limpahkan kepada almarhum agar almarhum dijauhkan dari
siksa kubur. Masyarakat Cangkringan pun demikian, sedekahan mewarnai
norma kesusilaan mereka. Sedekahan bukan hanya sekedar makna
ritual saja, toleransi dan kerukunan beragama adalah hal terpenting
dalam menilai arti sebuah tradisi.
Drs. H. Zarkasyi A. Salam dalam hasil penelitiannya
tentang ritual kematian yang mempunyai makna toleransi dan kerukunan
beragama yang tinggi.
Seperti penelitian yang penulis lakukan, ritual
seputar kematian mempunyai fungsi dan pengaruh yang sarat dengan
norma-norma kehidupan bermasyarakat.
Muhamad Hisyam dalam skripsinya
membahas beberapa aspek akulturasi Islam di Jawa. Di antaranya
tentang rangkaian selametan yang diadakan bertepatan dengan
saat-saat penting di dalam kehidupan (dari masa kehamilan sampai
keseribu sesudah kematian).
Adanya penggunaan
simbol dalam bentuk sesajen
yang menyertai doa-doa berbahasa Arab menjadi bukti adanya akulturasi
Islam di Jawa. Relevansinya dengan tema yang diangkat terletak pada
akulturasi Islam di Jawa. Penggunaan sesajen
sebagai sebuah simbol,
dengan pemaknaan yang mendalam dan penuh kesadaran ataupun hanya
sekedar mengikuti kebiasaan, selalu diikutsertakan dalam
melangsungkan tahlilan dan doa yang tentunya bernafaskan Islami.
Koentjaraningrat dalam bukunya,
memaparkan secara komprehensip tentang kebudayaan orang Jawa
dari akar budayanya sampai dengan ritual dalam lingkaran kehidupan
dari kelahiran sampai dengan kematian. Karya etnografi tersebut
merupakan sumber primer dalam penelitian ini, karena tema yang
diusung oleh penulis juga merupakan bagian dari bahasannya.
Penelitian
ini memfokuskan pada Nilai-nilai Islam yang terkandung dalam Tradisi
Sedekah Bumi yang
dilestarikan di desa Kedung jaran kab.Pekalongan
7. LANDASAN TEORI
Kebudayaan
cenderung diikuti oleh masyarakat pendukungnya secara turun-temurun
dari generasi ke generasi berikutnya, meskipun sering terjadi anggota
masyarakat itu datang silih berganti disebabkan munculnya
bermacam-macam faktor, seperti kematian dan kelahiran.
Menurut Malinowski dalam Magic, Science and
Religion, (Boston, 1984), hlm. 33-35, kematian merupakan krisis yang
paling atas dan paling akhir, serta krisis yang paling penting.
Kematian menimbulkan dalam diri orang yang berduka-cita suatu
tanggapan ganda cinta dan segan, sebuah ambivalensi emosional yang
sangat mendalam dari pesona dan ketakutan yang mengancam baik
dasar-dasar psikologis maupun sosial eksistensi manusia. Orang-orang
yang berduka-cita ditarik ke arah almarhum oleh rasa kasih sayang
kepadanya, disentakkan belakang darinya oleh perubahan yang
ditimbulkan oleh kematian. Ritus-ritus pemakaman, dan praktik-praktik
duka-cita yang menyertainya, berpusat di sekitar hasrat paradoksal
ini baik untuk memelihara ikatan berhadapan dengan kematian maupun
dengan segera dan sama sekali memutuskan ikatan itu, dan menjamin
dominasi kehendak untuk hidup atas kecendrungan untuk berputus-asa.
Ritus-ritus kematian menjaga kelangsungan kehidupan manusia dengan
mencegah orang-orang yang berduka-cita dari penghentian entah
dorongan untuk lari terpukul-panik dari keadaan itu atau sebaliknya,
dorongan untuk mengikuti almarhum ke kubur.
Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologis,
yaitu pendekatan yang menggunakan nilai-nilai yang mendasari perilaku
tokoh sejarah, status dan gaya hidup, sistem kepercayaan yang
mendasari pola hidup dan sebagainya. Dengan
pendekatan ini, penulis mencoba memaparkan situasi dan kondisi
masyarakat yang meliputi kondisi sosial budaya dan kondisi
keagamaannya. Antropologi memberi bahan prehistoris sebagai pangkal
bagi tiap penulis sejarah. Kecuali itu, konsep-konsep tentang
kehidupan masyarakat dikembangkan oleh antropologi, akan memberi
pengertian untuk mengisi latar belakang dari peristiwa sejarah yang
menjadi pokok penelitian. Pendekatan
antropologi dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu
upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Teori adalah kreasi intelektual, penjelasan
beberapa fakta yang telah diteliti dan diambil prinsip umumnya. Dalam
Poerwadarminta, teori adalah asas-asas dan hukum-hukum umum yang
menjadi dasar sesuatu kesenian atau ilmu pengetahuan. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori Hermeneutik oleh Wilhelm
Dilthey (1833-1911), seorang filsuf Jerman yang menaruh perhatiannya
pada sejarah dan lebih banyak dikenal dengan riset-riset historisnya.
Dilthey memandang sebuah peristiwa sejarah sebagaimana ia memandang
dunia yaitu dalam dua wajah, wajah luar (eksterior) dan wajah dalam
(interior). Secara eksterior, suatu peristiwa mempunyai tanggal dan
tempat khusus atau tertentu; secara interior peristiwa itu dilihat
atas dasar kesadaran atau keadaan sadar. Kedua dimensi dari peristiwa
sejarah ini tidak bernilai sama. Bahkan dapat dikatakan bahwa kedua
dimensi itu saling bergantung satu sama lain. Eksterior sebagai
sesuatu yang riil pastinya mengandung nilai yang abstrak atau
interior, Hermeneutik sebagai sebuah teori interpretasi digunakan
untuk mengungkapkan interioritas eksterior. Dalam kebebasanya yang
inheren manusia membayangkan sebuah tema di dalam angan-angan dan
mengevaluasi tema tersebut menurut kebebasannya. Bila seorang
sejarawan berdiri ditengah-tengah reruntuhan dan memandangnya sebagai
peninggalan masa lampau, sejarawan tersebut mengetahui person-person
dan segala perbuatannya seakan-akan bermunculan dalam benaknya dengan
segala corak dan warnanya sendiri yang khas. Sejarawan itu kemudian
"mengaktifkan kembali" segala peristiwa yang ada dengan
bantuan data yang terdapat dalam reruntuhan tersebut. karya semacam
itulah yang disebut hermeneutik atau interpretasi.
Dengan teori hermeneutik ini, penulis mencoba
menganalisa data yang telah terhimpun untuk menjelaskan nilai aqidah,
syari'ah dan akhlak sacara sendiri-sendiri. Selain itu penulis
mencoba memaparkan latar belakang dilakukannya tradisi Sedekah
Bumi. Dengan pendekatan antropologi penulis menganalisa dapatkah
nilai-nilai diatas mendasari
perilaku keagamaan penganut tradisi tersebut.
8. DATA DAN SUMBERNYA
Jenis
penelitian yang akan penulis lakukan ini berupa penelitian lapangan
dengan menggunakan pendekatan kualitatif,
yaitu penelitian yang prosedurnya menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata yang
tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati”.
(Robert Begdan dan Steven J yang dikutip Lexy Moelong, 1995:3)
9. METODE PENGUMPULAN
DATA
Metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai
berikut:
a.
Metode Observasi
Metode
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
gejala yang tampak pada penelitian. (Handari Nawawi, 1990:100).
Metode ini digunakan untuk mengamati kegiatan ritual budaya Sedekah
Bumi yang dilestarikan di desa Kedung jaran yang notabene tanah
kelahiran penulis.
b. Metode Interview atau wawancara
dilakukan dengan bertatap muka dan mendengarkan secara langsung
informasi-informasi dan keterangan-keterangan. Penulis akan melakukan
tanya jawab secara langsung kepada pelaku tradisi, orang yang
mengetahui tentang tradisi sedekah bumi. Menurut prosedurnya penulis
melakukan wawancara bebas terpimpin yaitu kombinasi antara wawancara
bebas dan terpimpin dengan menyusun pokok-pokok permasalahan,
selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi.
10. ANALISIS DATA
Analisis
data menurt Lexy. J. Moelong adalah “Proses mengatur urutan data,
mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar,
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
yang disaran untuk menganalisis data”.(Lexy J. Moelong, 1995: 112).
Untuk menganalisis yang terkumpul penulis akan menggunakan analisis
deskriptif kualitif. Artinya, data yang muncuk berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati yaitu
melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi yang diproses melalui
pencatatan dan lain-lain yang kemudian disusun dalam teks yang
diperluas. (Miles, M.B, and AM. Huberman, 1992:15).
Data yang diperoleh akan dianalisis secara berurutan dan
interaksionis yang terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1) reduksi data,
(2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan atau verifikasi.
(Miles, MB., And AM. Huberman, 1992:16).
Pertama,
setelah pengumpulan data selesai dilakukan, langkah selanjutnya
adalah reduksi data yaitu menggolongkan , mengarahkan, membuang yang
tidak perlu dan pengorganisasian sehingga data terpilah-pilah. Kedua,
data yang telah direduksi akan disajikan dalam bentuk narasi. Ketiga,
penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap kedua
dengan mengambil kesimpulan.
Metode berfikir yang akan penulis gunakan untuk menganalisa
penelitian ini adalah metode penelitian Induktif dan Deduktif. Metode
deduktif adalah suatu penarikan kesimpulan yang dimulai dari
pernyataan yang bersifat khusus menuju pada pernyataan yang sifatnya
umum (Arikunto, 1992: 159). Sedangkan metode Induktif yaitu suatu
penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan umum menuju pada
pernyataan yang sifatnya khusus” (Sutrisno Hadi, 1993: 97).
11. DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat,
Kebudayaan Jawa (
Jakarta: Balai Pustaka, 1984 ), hlm. 322.
A. Syahri, Implementasi Agama Islam Pada
Masyarakat ( Jakarta: Depag, 1985), hlm. 2.
Budiono Herusatoto, Simbolisme Dalam Budaya Jawa
(Yogyakarta: Hanindita 2001), hlm. 1.
Simuh, Sufisme Jawa (Yogyakarta: Bentang
Budaya, 1999), hlm. 130.
Clifford Geertz, Abangan, Santri dan Priyayi
Dalam Masyarakat Jawa, Terj. Aswab Mahasin (Jakarta: Pustaka
Jawa, 1983), hlm. 8.
Ismawati, “Budaya dan Kepercayaan Jawa Pra-Islam”,
dalam Islam dan Kebudayaan Jawa, editor Darori Amin
(Yogyakarta: Gama Media, 2000), hlm. 7.
Muhamad Hisyam, Beberapa Aspek Akulturasi Islam
di Jawa (skripsi S-1 di Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga, 1978).
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam
Pendekatan Sejarah (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991),
hlm. 4.
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990), hlm. 35-36 & 44
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 35.
Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah,
Wacana Pergerakan Islam di Indonesia (Bandung: Mizan, 1996), hlm.
63.
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hlm. 1054.
E.Sumaryono, Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat
(Yogyakarta: Kanisius, 1999), hlm. 47.
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah:
Dasar Metode dan Tehnik (Bandung: Tarsito, 1980), hlm. 123 &
135