Senin, 09 Januari 2012

Desain penelitian Sosial Budaya keagamaan"Nilai-nilai Islam dalam budaya Sedekah Bumi


1. TEMA :   Budaya Daerah di Indonesia

2. FOKUS : Nilai-Nilai Islam dalam Tradisi Sedekah Bumi di Desa Kedung Jaran Kab.Pekalongan


3. RUMUSAN MASALAH :  
1.Bagaimana sejarah lahirnya tradisi sedekah bumi di desa Kedung jaran kab.Pekalongan
2. Bagaimana bentuk tata cara dari pelaksanaan ritual sedekah Bumi yang dilestarikan di desa Kedung Jaran kab.Pekalongan?
3. Nilai-nilai Islam apa yang terkandung dalam tradisi sedekah bumi ?
4. Apa pengaruh nilai-nilai Islam yang dalam tradisi Sedekah bumi terhadap perilaku keagamaan masyarakat desa Kedung jaran Kab. Pekalongan?

4. TUJUAN PENELITIAN : 1. Menjelaskan sejarah lahirnya budaya sedekah bumi di desa Kedung Jaran Kab. Pekalongan
2. Mendriskripsikan berbagai bentuk dan tata cara dalam ritual sedekah bumi di Desa Kedung Jaran kab. Pekalongan
3. Menemukan nilai-nilai Islam yang terkandung dalam tradisi sedekah bumi
4. Menjelaskan pengaruh nilai-nilai Islam dalam tradisi Sedekah bumi terhadap perilaku keagamaan masyarakat desa Kedung jaran kab.Pekalongan

5. MANFAAT PENELITIAN :
1. Manfaat Teoritis
Temuan hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan kajian lebih mendalam tentang bentuk-bentuk Budaya yang dilestarikan dalam kehidupan masyarakat serta menemukan pesan moral yang terkandung didalamnya
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber yang signifikan dalam memperoleh informasi dan rekomendasi baik bagi lembaga masyarakat maupun bagi pemerintah dalam mengambil sebuah kebijakan-kebijakan.

6. KAJIAN PUSTAKA :
Dari pengamatan peneliti selama ini, belum ditemukan buku ataupun tulisan yang berkaitan dengan Nilai-nilai Islam dalam Tradisi Sedekah Bumi . Hal ini tidak menyurutkan semangat penulis untuk melanjutkan penelitian yang kemudian merujuk pada perbandingan pustaka. Dengan kata lain penulis mencari tema-tema yang relevan dengan tema yang diangkat antara lain:
Drs. Moh. Rofangi dalam penelitiannya tentang Sedekahan di Yogyakarta (Suatu study tentang pola interaksi sosial), sedekah atau shodakoh dimaksudkan untuk mensyukuri nikmat Tuhan sebab adanya kelahiran dan perkawinan dengan membagikan besek. Pada ritual upacara kematian, sedekahan dilakukan dengan niat pahala shodakohnya di limpahkan kepada almarhum agar almarhum dijauhkan dari siksa kubur. Masyarakat Cangkringan pun demikian, sedekahan mewarnai norma kesusilaan mereka. Sedekahan bukan hanya sekedar makna ritual saja, toleransi dan kerukunan beragama adalah hal terpenting dalam menilai arti sebuah tradisi.
Drs. H. Zarkasyi A. Salam dalam hasil penelitiannya tentang ritual kematian yang mempunyai makna toleransi dan kerukunan beragama yang tinggi.
Seperti penelitian yang penulis lakukan, ritual seputar kematian mempunyai fungsi dan pengaruh yang sarat dengan norma-norma kehidupan bermasyarakat.
Muhamad Hisyam dalam skripsinya membahas beberapa aspek akulturasi Islam di Jawa. Di antaranya tentang rangkaian selametan yang diadakan bertepatan dengan saat-saat penting di dalam kehidupan (dari masa kehamilan sampai keseribu sesudah kematian).
Adanya penggunaan simbol dalam bentuk sesajen yang menyertai doa-doa berbahasa Arab menjadi bukti adanya akulturasi Islam di Jawa. Relevansinya dengan tema yang diangkat terletak pada akulturasi Islam di Jawa. Penggunaan sesajen sebagai sebuah simbol, dengan pemaknaan yang mendalam dan penuh kesadaran ataupun hanya sekedar mengikuti kebiasaan, selalu diikutsertakan dalam melangsungkan tahlilan dan doa yang tentunya bernafaskan Islami.
Koentjaraningrat dalam bukunya, memaparkan secara komprehensip tentang kebudayaan orang Jawa dari akar budayanya sampai dengan ritual dalam lingkaran kehidupan dari kelahiran sampai dengan kematian. Karya etnografi tersebut merupakan sumber primer dalam penelitian ini, karena tema yang diusung oleh penulis juga merupakan bagian dari bahasannya.
Penelitian ini memfokuskan pada Nilai-nilai Islam yang terkandung dalam Tradisi Sedekah Bumi yang dilestarikan di desa Kedung jaran kab.Pekalongan

7. LANDASAN TEORI
Kebudayaan cenderung diikuti oleh masyarakat pendukungnya secara turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya, meskipun sering terjadi anggota masyarakat itu datang silih berganti disebabkan munculnya bermacam-macam faktor, seperti kematian dan kelahiran.
Menurut Malinowski dalam Magic, Science and Religion, (Boston, 1984), hlm. 33-35, kematian merupakan krisis yang paling atas dan paling akhir, serta krisis yang paling penting. Kematian menimbulkan dalam diri orang yang berduka-cita suatu tanggapan ganda cinta dan segan, sebuah ambivalensi emosional yang sangat mendalam dari pesona dan ketakutan yang mengancam baik dasar-dasar psikologis maupun sosial eksistensi manusia. Orang-orang yang berduka-cita ditarik ke arah almarhum oleh rasa kasih sayang kepadanya, disentakkan belakang darinya oleh perubahan yang ditimbulkan oleh kematian. Ritus-ritus pemakaman, dan praktik-praktik duka-cita yang menyertainya, berpusat di sekitar hasrat paradoksal ini baik untuk memelihara ikatan berhadapan dengan kematian maupun dengan segera dan sama sekali memutuskan ikatan itu, dan menjamin dominasi kehendak untuk hidup atas kecendrungan untuk berputus-asa. Ritus-ritus kematian menjaga kelangsungan kehidupan manusia dengan mencegah orang-orang yang berduka-cita dari penghentian entah dorongan untuk lari terpukul-panik dari keadaan itu atau sebaliknya, dorongan untuk mengikuti almarhum ke kubur.
Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologis, yaitu pendekatan yang menggunakan nilai-nilai yang mendasari perilaku tokoh sejarah, status dan gaya hidup, sistem kepercayaan yang mendasari pola hidup dan sebagainya. Dengan pendekatan ini, penulis mencoba memaparkan situasi dan kondisi masyarakat yang meliputi kondisi sosial budaya dan kondisi keagamaannya. Antropologi memberi bahan prehistoris sebagai pangkal bagi tiap penulis sejarah. Kecuali itu, konsep-konsep tentang kehidupan masyarakat dikembangkan oleh antropologi, akan memberi pengertian untuk mengisi latar belakang dari peristiwa sejarah yang menjadi pokok penelitian. Pendekatan antropologi dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Teori adalah kreasi intelektual, penjelasan beberapa fakta yang telah diteliti dan diambil prinsip umumnya. Dalam Poerwadarminta, teori adalah asas-asas dan hukum-hukum umum yang menjadi dasar sesuatu kesenian atau ilmu pengetahuan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Hermeneutik oleh Wilhelm Dilthey (1833-1911), seorang filsuf Jerman yang menaruh perhatiannya pada sejarah dan lebih banyak dikenal dengan riset-riset historisnya. Dilthey memandang sebuah peristiwa sejarah sebagaimana ia memandang dunia yaitu dalam dua wajah, wajah luar (eksterior) dan wajah dalam (interior). Secara eksterior, suatu peristiwa mempunyai tanggal dan tempat khusus atau tertentu; secara interior peristiwa itu dilihat atas dasar kesadaran atau keadaan sadar. Kedua dimensi dari peristiwa sejarah ini tidak bernilai sama. Bahkan dapat dikatakan bahwa kedua dimensi itu saling bergantung satu sama lain. Eksterior sebagai sesuatu yang riil pastinya mengandung nilai yang abstrak atau interior, Hermeneutik sebagai sebuah teori interpretasi digunakan untuk mengungkapkan interioritas eksterior. Dalam kebebasanya yang inheren manusia membayangkan sebuah tema di dalam angan-angan dan mengevaluasi tema tersebut menurut kebebasannya. Bila seorang sejarawan berdiri ditengah-tengah reruntuhan dan memandangnya sebagai peninggalan masa lampau, sejarawan tersebut mengetahui person-person dan segala perbuatannya seakan-akan bermunculan dalam benaknya dengan segala corak dan warnanya sendiri yang khas. Sejarawan itu kemudian "mengaktifkan kembali" segala peristiwa yang ada dengan bantuan data yang terdapat dalam reruntuhan tersebut. karya semacam itulah yang disebut hermeneutik atau interpretasi.
Dengan teori hermeneutik ini, penulis mencoba menganalisa data yang telah terhimpun untuk menjelaskan nilai aqidah, syari'ah dan akhlak sacara sendiri-sendiri. Selain itu penulis mencoba memaparkan latar belakang dilakukannya tradisi Sedekah Bumi. Dengan pendekatan antropologi penulis menganalisa dapatkah nilai-nilai diatas mendasari perilaku keagamaan penganut tradisi tersebut.

8. DATA DAN SUMBERNYA
Jenis penelitian yang akan penulis lakukan ini berupa penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang prosedurnya menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati”. (Robert Begdan dan Steven J yang dikutip Lexy Moelong, 1995:3)

9. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Metode Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada penelitian. (Handari Nawawi, 1990:100). Metode ini digunakan untuk mengamati kegiatan ritual budaya Sedekah Bumi yang dilestarikan di desa Kedung jaran yang notabene tanah kelahiran penulis.
b. Metode Interview atau wawancara dilakukan dengan bertatap muka dan mendengarkan secara langsung informasi-informasi dan keterangan-keterangan. Penulis akan melakukan tanya jawab secara langsung kepada pelaku tradisi, orang yang mengetahui tentang tradisi sedekah bumi. Menurut prosedurnya penulis melakukan wawancara bebas terpimpin yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin dengan menyusun pokok-pokok permasalahan, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi.

10. ANALISIS DATA
Analisis data menurt Lexy. J. Moelong adalah “Proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disaran untuk menganalisis data”.(Lexy J. Moelong, 1995: 112). Untuk menganalisis yang terkumpul penulis akan menggunakan analisis deskriptif kualitif. Artinya, data yang muncuk berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati yaitu melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi yang diproses melalui pencatatan dan lain-lain yang kemudian disusun dalam teks yang diperluas. (Miles, M.B, and AM. Huberman, 1992:15).
Data yang diperoleh akan dianalisis secara berurutan dan interaksionis yang terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan atau verifikasi. (Miles, MB., And AM. Huberman, 1992:16).
Pertama, setelah pengumpulan data selesai dilakukan, langkah selanjutnya adalah reduksi data yaitu menggolongkan , mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan pengorganisasian sehingga data terpilah-pilah. Kedua, data yang telah direduksi akan disajikan dalam bentuk narasi. Ketiga, penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap kedua dengan mengambil kesimpulan.
Metode berfikir yang akan penulis gunakan untuk menganalisa penelitian ini adalah metode penelitian Induktif dan Deduktif. Metode deduktif adalah suatu penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan yang bersifat khusus menuju pada pernyataan yang sifatnya umum (Arikunto, 1992: 159). Sedangkan metode Induktif yaitu suatu penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan umum menuju pada pernyataan yang sifatnya khusus” (Sutrisno Hadi, 1993: 97).

11. DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa ( Jakarta: Balai Pustaka, 1984 ), hlm. 322.
A. Syahri, Implementasi Agama Islam Pada Masyarakat ( Jakarta: Depag, 1985), hlm. 2.
Budiono Herusatoto, Simbolisme Dalam Budaya Jawa (Yogyakarta: Hanindita 2001), hlm. 1.
Simuh, Sufisme Jawa (Yogyakarta: Bentang Budaya, 1999), hlm. 130.
Clifford Geertz, Abangan, Santri dan Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, Terj. Aswab Mahasin (Jakarta: Pustaka Jawa, 1983), hlm. 8.
Ismawati, “Budaya dan Kepercayaan Jawa Pra-Islam”, dalam Islam dan Kebudayaan Jawa, editor Darori Amin (Yogyakarta: Gama Media, 2000), hlm. 7.
Muhamad Hisyam, Beberapa Aspek Akulturasi Islam di Jawa (skripsi S-1 di Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga, 1978).
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Pendekatan Sejarah (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991), hlm. 4.
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990), hlm. 35-36 & 44
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 35.
Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah, Wacana Pergerakan Islam di Indonesia (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 63.
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hlm. 1054.
E.Sumaryono, Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1999), hlm. 47.
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Metode dan Tehnik (Bandung: Tarsito, 1980), hlm. 123 & 135
























Rabu, 04 Januari 2012

Kenangan Pelatihan HW - UMS


Copyright @ 2013 Belajar PAI & BP.